Tanpa perencanaan dan persiapan, bahkan sebelumnya tidak perna terbayangkan untuk bisa (atau lebih tepatnya mampu) untuk melakukan solo traveling. Tapi karena dorongan akan kegalauan Tugas Akhir pada saat itu, maka di sore hari yang penuh dengan kebimbangan, sayapun memutuskan untuk memesan tiket di salah satu agen travel Yogyakarta dengan tujuan ke Pekalongan pada keesokan harinya.
Singkat cerita, tiket sudah ditangan. Dan mari pulang tuk merenungkan keraguan akan perjalanan ini.hehehe
Keesokan harinya, tepat
pukul 05.30, saya dihubungi oleh agen travel untuk memastikan lokasi penjembutan
pada pukul 07.00.
Perjalanan
Yogyakarta – Pekalongan ditempu sekitar 5 jam perjalanan. Beruntung saya tipe
orang yang cukup tahan banting untuk melakukan perjalanan baik darat, laut,
ataupun udara dengan waktu tempu berapapun lamanya pikiran saya akan tetap
sehat ketika sampai tujuan. Jadi, untuk waktu tempu 5 jam bukan sesuatu yang
perlu dikhawatirkan untuk saat itu.
Saya
sendiri nekat ke Pekalongan tanpa perencanaan yang jelas karena terlanjur
terjebak keadaan, dan memang harus ke salah satu lokasi referensi penelitian
saya. Khususnya terkait tugas akhir pada waktu itu. Lokasi tujuan adalah Pekalongan Mangrove Park, yaitu tempat
pembibitan dan pusat informasi hutan mangrove.
Rute
perjalanan Yogyakarta – Pekalongan akan melalui Megelang – Semarang –
Pekalongan, dengan kondisi lalu lintas yang cukup padat pada waktu itu. Sehingga
tidak mengherankan ketika rombongan bus sampai di sana waktu sudah menunjukan
sekitar 01.25.
“Jadinya
mau diturunkan dimana mas?”. Tanya pak Supir, yang sebelumnya juga sudah asik
mengobrol dengan saya di sepanjang perjalanan. Dan jujur saja, karena ini
adalah pengalaman pertama saya melakukan solo traveling saya benar-benar jauh
dari kata persiapan, yang berakhir dengan memberikan deskripsi penginapan yang
akan saya tuju. (waktu itu saya juga lupa nama penginapannya #hikss). Ditambah
lagi, handphone saya kehabisan batre di saat yang bersamaan
#KegoblokkanYangHakiki -_-
Singkat
cerita, sang supir mengetahui persis lokasi penginapan yang saya deskripsikan
sebelumnya, karena memang beliau adalah orang asli Pekalongan.
Lokasi
penginapan berada di sekitaran pasar tradisional yang tidak jauh dari Pekalongan Mangrove Park. Dan kekhawatiran
saya mulai memuncak ketika sampai di sana, dan salah satu staf penginapan
menginformasikan bahwa tepatnya keesokan harinya penginapan akan segera ditutup
sementara karena alasan satu dan lain hal. #MendadakPanik
Ketika
saya sedang kebingungan memikirkan alternatif tempat menginapan, tiba-tiba saya
dihampiri oleh pak supir, dan dengan santun beliau menawarkan untuk menginap di
rumah mertuanya yang juga tidak jauh dari situ. Antara terharu bercampur
was-was karena walaupun sudah cukup akrab mengobrol di sepanjang perjalanan
tadi, tapi bagaimanapun, beliau tetap masih tergolong orang asing untuk saya, yang mana baru saya
kenal sekitar 6 jam yang lalu.
Karena
bingung dan putus asa, sayapun meyakinkan diri untuk menerima tawaran beliau. Pertimbangan lain, karena kalau penilaian saya secara pribadi berdasarkan obrolan disepanjang perjalanan tadi, beliau adalah orang yang ramah dan terbuka apa adanya, serta punya selera humor yang cukup menurut saya.heheh
Dan sebelum menuju rumah mertuanya, sayapun diajak keliling sekitaran kota Pekalongan untuk mengantar beberapa titipan para pelangan, yang terlihat sangat akrab dengan beliau.
Dan sebelum menuju rumah mertuanya, sayapun diajak keliling sekitaran kota Pekalongan untuk mengantar beberapa titipan para pelangan, yang terlihat sangat akrab dengan beliau.
Singkat
cerita, setelah mampir untuk makan malam di salah satu warung pinggir jalan di pusat Kota Pekalongan, tepatnya pukul 18.30 waktu setempat, sayapun di antarkan ke rumah mertua
beliau dan diterima dengan sangat baik di rumahnya. Dan berhubung waktu itu
sudah sekitar pukul 20.30 waktu setempat, maka saya langsung dipersilahkan
beristirahat tanpa mengobrol panjang lebar dengan sang pemilik rumah.
Pekalongan
Mangrove Park
Sekitar
pukul 07.00 saya bangun dan mempersiapkan diri menuju ke Pekalongan Mangrove Park. Perjalanan kesana saya
menggunakan ojek pangkalan yang letaknya tidak jauh dari situ. Waktu tempu menuju ke Pekalongan Mangrove Park sekitar 15 menit perjalanan.
Sesampainya
disana, sekitar pukul 09.00. Hanya terdapat sekitar 3 orang pengunjung. Dengan
kondisi kantor pengelola yang masih kosong, entah saya yang terlalu pagi
datangnya atau apapun itu alasannya, yang jelas sampai saya selesai melakukan
pengumpulan data sekitar 17.10, masih tak terlihat tambahan staf lainnya.
Sekedar
informasi, Pekalongan Mangrove Park merupakan
salah satu kawasan restorasi dan pengembangan hutan mangrove yang berlokasi di
Wilayah pantai utara Pekalongan. Yang diresmikan oleh Menteri Kehutanan RI pada
17 Desember 2013 dan kemudian terus dikembangkan menjadi tujuan wisata menarik
di Pekalongan.
Gapura pintu masuk kawasan Pekalongan Mangrove Park |
Jalan
menuju lokasi taman mangrove terbilang cukup baik, dengan paving blok rapih.
Selain itu tempat parkir yang disediakan juga cukup memadai, baik untuk roda dua maupun
empat dengan biaya parkir Rp. 3.000 untuk roda dua, dan Rp.
5.000 untuk roda empat. Setalah itu, silahkan nikmati suasana hamparan bakau
sepuasnya.
Di samping kanan gapura saat memasuki kawasan terdapat loket masuk, dengan harga tiket pada waktu itu hanya Rp. 3.000/orang.
Suasana ketika memasuki kawasan hutan bakau |
Selain itu, pemandangan pertama yang terlihat ketika memasuki kawasan Pekalongan Mangrove Park
adalah petakan hutan mangrove yang terlihat sengaja ditata rapi, dan
sebagian area dibiarkan kosong untuk kepentingan wisata transpotasi perahu
karet.
Tracking Area
Sekitar 40 meter dari gapura kawasan hutan mangrove, tepat di samping kanan
bangunan utama kantor pengelola taman mangrove, kita akan diarahkan untuk
menapaki tracking area kawasan hutan mangrove, yang memang diarahkan menuju
bagian tengah kawasan. Adapun sejumlah peneduh yang dibangun di sepanjang
tracking area dapat digunakan sebagai tempat beristirahat untuk para pengunjung sambil menikmati
suasana sekitar.
Suasana tracking area Pekalongan Mengrove Park |
Konsep pengaturan tata letak peneduh di area tracking area sendiri lebih di fokuskan pada titik awal tracking area, setelahnya dibiarkan hanya khusus untuk jalur tracking, sehingga pengujung lebih leluasa melihat sekeliling tanpa terhalang bangunan peneduh.
Untuk beberapa peneduh di tracking area juga di buatkan kandang, yang pada saat saya kesana masih dibiarkan kosong. Dan berdasarkan informasi salah satu staf, nantinya kandang tersebut akan di isi dengan sejenis burung yg memang banyak hidup di sekitaran hutan mangrove.
Selain itu, yang menarik perhatian saya selanjutnya adalah, di bagian sisi kanan hutan mangrove sekitar 100 meteran lebih terdapat bangunan dengan bentuk memanjang dengan cerobong asap ditengahnya, yang merupakan fasilitas untuk melakukan pembakaran mayat atau krematorium, jadi untuk yang suka berimajinasi yang bukan-bukan, cobalah untuk tetap fokus ke pemandangan hutan mangrovenya saja. heheh
Untuk beberapa peneduh di tracking area juga di buatkan kandang, yang pada saat saya kesana masih dibiarkan kosong. Dan berdasarkan informasi salah satu staf, nantinya kandang tersebut akan di isi dengan sejenis burung yg memang banyak hidup di sekitaran hutan mangrove.
Selain itu, yang menarik perhatian saya selanjutnya adalah, di bagian sisi kanan hutan mangrove sekitar 100 meteran lebih terdapat bangunan dengan bentuk memanjang dengan cerobong asap ditengahnya, yang merupakan fasilitas untuk melakukan pembakaran mayat atau krematorium, jadi untuk yang suka berimajinasi yang bukan-bukan, cobalah untuk tetap fokus ke pemandangan hutan mangrovenya saja. heheh
Bangunan krematorium |
Wisata Perahu Karet Bermotor
Pemandangan
menarik lainya akan dapat dinikmati saat perjalanan mengelilingi hutan mangrove dengan transportasi yang disediakan berupa perahu karet. Harga yang ditawarkan cukup
wajar (waktu itu sekitar Rp. 10.000/orang), dan kabar baiknya lagi, perahu
akan tetap berangkat walau hanya saya satu-satunya penumpang di dalamnya.
Perahu karet yang dipakai untuk mengelilingi kawasan |
Waktu
untuk berkeliling sebagian kawasan hutan
mangrove sekitar 20 menit. Dimana dalam perjalanan kita akan melewati
lorong-lorong yang terlihat dirancang khusus untuk dilewati dengan perahu
berukuran sedang, dan di desain dengan konsep satu arah.
Suasana yang tenang dan sejuk karena
rimbunnya hutang mengrove adalah kesan pertama yang di dapat. Adapun saya yang
tak jarang dipaksa untuk menunduk beberapa kali karena banyaknya tangkai pohon
yang memanjang mengarah ke dalam lorong. Cukup memberikan suasana meruang yang unik
menurut saya.
Jalur
keliling dengan perahu karet sendiri di arahkan menuju ke area depan Pekalongan Mangrove Park, baru kemudian
berputar balik lagi. Selain pemandangan hutan mangrove, terdapat juga bekas beberapa unit bangunan yang sudah tergenang akibat abrasi air laut.
Bekas bangunan pengelola kawasan Pekalongan Mangrove Park |
Kesan
menarik lainnya adalah, disepanjang
perjalanan kita akan dimanjakan dengan suasana lorong hutan mengrove yang oleh pengelola kawasan disebut sebagai lorong cinta (jadi kalau datangnya sendiri ya jadi lorong J*mblo donggg. hahah..).
Adapun suasana lorong terkesan tenang dan sempit. Sehingga semakin dalam perahu karetnya, maka akan semakin diperlambat kecepatannya.
Adapun suasana lorong terkesan tenang dan sempit. Sehingga semakin dalam perahu karetnya, maka akan semakin diperlambat kecepatannya.
Suasana lorong hutan mangrove |
Selain
itu, adanya cahaya matahari yang menembus rimbunnya pepohonan mangrove mampu menciptakan pencahayaan alami di atas
permukaan air yang tenang.
Lokasi
Tepat Untuk Menikmati Matahari Terbenam
Nah,
berhubung saya di sini sampai menjelang sore, maka tanpa sadar ketika sedang
asik menganalisi lingkungan sekitar terkait tema penelitian saya. Sejenak fokus
saya teralihkan ketika melihat cahaya kuning keemasan di ujung barat kawasan. Sunset!
Ya, suasananya cukup membuat saya
terpukau.
Suasana menjelang matahari terbenam |
Selain
aktivitas di atas, ada beberapa kegiatan lain yang dapat dilakukan, yaitu
melihat galeri ekosistem hutan mangrove dan kolam sentuh (kolam pembibitan dan
penanaman mangrove), serta terdapat fasilitas gardu pandang, yang sayang sekali
ketika saya sampai di sana sedang dalam
tahap renovasi sehingga tidak diperkenankan untuk naik ke atas.
Gardu pandang di dekat bangunan utama pengelola |
Dan satu lagi,
bagi yang suka memancing, disini disediakan juga area pemancingan ikan, jadi
bagi yang tidak terlalu antusias mengelilingi hamparan hutan bakau dan punya hobi memancing, maka bisa
menghabiskan waktu disini.
Saran
saya, bagi anda yang berencana main kesini dan hanya fokus untuk menikmati
pemandangan hutan mangrove. Baik bersama para sahabat, pacar ataupun keluarga,
akan lebih baik untuk berkunjung di atas jam 2 siang, karena selain suasanya
yang tidak terlalu panas, pemandangan matahari terbenamnya juga cukup memukau.