Pulau Zum-zum, adalah salah satu pulau kecil dari sekian ratus pulau yang berada di kawasan Kepulauan Halmahera, Maluku Utara. Perjalanan ke sini juga bukan karena terencana melainkan berdasarkan arahan dan saran dari pengemudi speedboat, yang kami sewa seharian penuh dengan tujuan ke Pulau Dodola dan Kolorai.
Pulau Zum-zum sendiri merupakan salah satu pulau tak berpenghuni dan memiliki nilai sejarah yang sayang untuk dilewatkan begitu saja, mungkin juga karena alasan untuk "memaksimalkan" penggunaan speedoat yang sudah kami sewa seharian penuh di Pelabuhan Daruba Pantai dengan harga termurah yaitu Rp. 750.000 per hari.
Cukup worth it menurut saya, karena dengan harga sekian kita bisa mengelilingi beberapa pulau sekaligus.
Dan, perjalanpun dimulai, sekitar pukul 10.00 pagi waktu setempat kami keluar dari salah satu penginapan yang berada di kawasan Daruba Pantai menuju Pelabuhan speedboat yang hanya jalan kaki sekitar 10 menit dari penginapan menuju pelabuhan Daruba Pantai, baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau Zum-zum dengan waktu tempu sekitar 20 menit.
Sebagai informasi, Pulau Zum zum sendiri dikenal juga dengan nama Pulau McArthur oleh masyarakat setempat, karena di Pulau ini perna ditinggali oleh seorang jenderal Amerika yang bernama Douglas Mac Arthur yang perna diam dan bersembunyi di pulau ini selama perang dunia II.
Kesan pertama ketika kami pertama kali menginjakkan kaki di Pulau ini adalah suasana yang sepi layaknya kebanyakan pulau tak berpenghuni lainnya, serta rimbunnya pepohonan dan segala jenis tumbuhan liar maupun bunga warna-warni yang begerak mengikuti hembusan angin pantai seakan sedang ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyambutan kami di Pulau ini. Singkat cerita, demikian halusianasi saya ketika sampai di pulau ini.
Sebagai informasi, kondisi Pulau Mac Arthur sendiri perna sangat ramai dikunjungi ketika kegiatan Sail Morotai pada tahun 2012, yang merupakan kegiatan nasional dalam rangka memperkenalkan Kabupaten Pulau Morotai sebagai salah satu Kawasan Strategi Pariwisata Nasional. Sehingga dibangunlah beberapa infrastruktur pendukung lainnya.
Tapi sayang, setelah kegiatan sail Morotai berakhir masalah yang timbul selanjutnya adalah beberapa infrastuktur menjadi tidak terurus sehingga berakhir terbengkalai hingga pada tahun 2017 saat kami menggunjungi Pulau ini kondisi pulau terlihat semakin kurang terawat.
Pulau Zum-zum sendiri merupakan salah satu pulau tak berpenghuni dan memiliki nilai sejarah yang sayang untuk dilewatkan begitu saja, mungkin juga karena alasan untuk "memaksimalkan" penggunaan speedoat yang sudah kami sewa seharian penuh di Pelabuhan Daruba Pantai dengan harga termurah yaitu Rp. 750.000 per hari.
Cukup worth it menurut saya, karena dengan harga sekian kita bisa mengelilingi beberapa pulau sekaligus.
Otw Pulau Zum-zum |
Dan, perjalanpun dimulai, sekitar pukul 10.00 pagi waktu setempat kami keluar dari salah satu penginapan yang berada di kawasan Daruba Pantai menuju Pelabuhan speedboat yang hanya jalan kaki sekitar 10 menit dari penginapan menuju pelabuhan Daruba Pantai, baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Pulau Zum-zum dengan waktu tempu sekitar 20 menit.
Dermaga pulau Zum-zum |
Suasana pulau ketika pertama kali kami tiba |
Kesan pertama ketika kami pertama kali menginjakkan kaki di Pulau ini adalah suasana yang sepi layaknya kebanyakan pulau tak berpenghuni lainnya, serta rimbunnya pepohonan dan segala jenis tumbuhan liar maupun bunga warna-warni yang begerak mengikuti hembusan angin pantai seakan sedang ikut berpartisipasi dalam kegiatan penyambutan kami di Pulau ini. Singkat cerita, demikian halusianasi saya ketika sampai di pulau ini.
Kondisi fasilitas penunjang di kawasan Pulau Zum-zum yang mulai tidak terawat |
Sebagai informasi, kondisi Pulau Mac Arthur sendiri perna sangat ramai dikunjungi ketika kegiatan Sail Morotai pada tahun 2012, yang merupakan kegiatan nasional dalam rangka memperkenalkan Kabupaten Pulau Morotai sebagai salah satu Kawasan Strategi Pariwisata Nasional. Sehingga dibangunlah beberapa infrastruktur pendukung lainnya.
Tapi sayang, setelah kegiatan sail Morotai berakhir masalah yang timbul selanjutnya adalah beberapa infrastuktur menjadi tidak terurus sehingga berakhir terbengkalai hingga pada tahun 2017 saat kami menggunjungi Pulau ini kondisi pulau terlihat semakin kurang terawat.
Lokasi: Depan patung Mac Arthur |
Selain daya tarik patung serta indahnya pemandangan pasir putih nun halus di sepanjang bibir pantai, terdapat juga gua kecil disekitar pulau, tapi berdasarkan informasi orang lokal, lokasi gua sedikit sulit dijangkau karena sudah tertutup hutan mangrove, sehingga jika ingin memaksa masuk ke sana silahkan untuk merangkak masuk sembari membayangkan sedang terjadi perang dunia III dan anda sedang berusaha menyelamatkan diri dari tembakan musuh menuju mulut gua.
Berdasarkan informasi, kebanyakan wisatawan yang datang kesini adalah sejarahwan dan para veteran perang dunia II, serta para alih yang sedang memiliki kepentingan terkait proyeknya di sini.
Adapun wisatawan lokal seperti kami, yang datang kesini hanya sekedar mampir dalam perjalanan menuju pulau tujuan lainnya yang berada tidak jauh dari sini dan kemudian terpanggil sejenak hanya sekedar mengoleksi dokumentasi pribadi dan kemudian melanjutkan perjalanan ke pulau tujuan awal.
Adapun wisatawan lokal seperti kami, yang datang kesini hanya sekedar mampir dalam perjalanan menuju pulau tujuan lainnya yang berada tidak jauh dari sini dan kemudian terpanggil sejenak hanya sekedar mengoleksi dokumentasi pribadi dan kemudian melanjutkan perjalanan ke pulau tujuan awal.
Informasi tambahan, kenapa kita harus menyewah speedbaat seharian penuh, karena memang pulau-pulau tujuan di sekitar situ tidak menyediakan transportasi laut secara umum, jadi speedboat yang disewa dapat dipakai untuk akses pulang-pergi dan sekalian mengeksplore pulau-pulau terdekat lainnya seperti Pulau Kolorai dan Pulau Dodola yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.